Teori
tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan:
Pendekatan Nilai guna (utiliti) cardinal dan pendekatan nilai guna
ordinal. Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif.
Dalam
pendekatan nilai guna ordinal, Manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dikuantifikasi.
Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.
Teori Nilai Guna (utility)
Didalam
teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau
kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau
utilitinya.
Nilai guna dibedakan diantara dua pengertian: nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu.
Sedangkan nilai guna marjinal berarti
pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan
(atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
Hipotesis Utama Teori Nilai Guna
Hipotesis utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai Hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun,
menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas barang tersebut.
Pada
akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila
konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai
guna total akan menjadi semakin sedikit.
Pada
hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang
terus-menerus dalam megkonsumsi suatu barang tidak secara terus-menerus
menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya.
Cara Memaksimumkan Nilai Guna
Kerumitan
yang ditimbulkan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlah
barang yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari
perbedaan harga-harga berbagai barang. Kalau harga barang adalah
bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai
guna marjinal dari setiap barang adalah sama.
Syarat Pemaksimuman Nilai Guna
Dalam
keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda. Syarat
yang harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan
memberikan nilai guna yang maksimum adalah: Setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan
Dengan
menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva
permintaan bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang
menggambarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang, semakin banyak
permintaan ke atasnya.
Ada
2 faktor yang menyebabkan permintaan keatas suatu barang berubah
apabila harga barang itu mengalami perubahan: Efek penggantian dan Efek
pendapatan.
Efek Penggantian
Perubahan
suatu barang mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang
mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga mengalami kenaikan,
nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang tersebut
menjadi semakin rendah. Misal, harga barang A bertambah tinggi, maka
sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih kecil dari semula.
Kalau
harga barang-barang lainnya tidak mengalami perubahan lagi maka
perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu dengan
harganya (atau nilai guna marjinal per rupiah dan barang-barang itu)
tidak mengalami perubahan.
Dengan demikian, untuk barang B misalnya, MU barang B/PB yang sekarang adalah sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik, keadaan yang berikut berlaku:
Dalam
keadan seperti diatas, nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka
kepuasan konsumen akan menjadi bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu
membeli lebih banyak barang B dan mengurangi pembelian barang A. kedaan
diatas menunjukkan bahwa kalau harga naik, permintaan terhadap barang
yang mengalami kenaikan harga tersebut akan menjadi semakin sedikit.
Dengan
cara yang sama sekarang tidak susah untuk menunjukkan bahwa penurunan
harga menyebabkan permintaan ke atas barang yang mengalami penurunan
harga itu akan menjadi bertambah banyak.
Penurunan
harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah
yang lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari
barang-barang lainnya yang tak berubah harganya.
Maka,
karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna,
permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila
harganya bertambah rendah.
Efek Pendapatan
Kalau
pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan
pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain,
kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi
bertambah kecil dari sebelumnya.
Maka
kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang
yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan
harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan
mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya.
Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek panggantian didalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Surplus Konsumen
Teori
nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan
yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam
analisis ekonomi, dikenal sebagai surplus konsumen.
Surplus
konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara kepuasan yang
diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang dengan
pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan
yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat.
Contoh:
Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad membeli
satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp.1500.
Sesampainya
dipasar ia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya hanya berharga
Rp.1000. jadi, ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan
harga Rp.500 lebih murah daripada harga yang bersedia dibayarkannya.
Nilai Rp.500 ini dinamakan Surplus Konsumen.
Sumber: she2008.wordpress
Sukirno, Sadono. 2005.MikroEkonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar